Tugas Geologi Indonesia
GEOLOGI PULAU SULAWESI
Tugas
ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia
Raman
S. Nangili
La
Ode Samuhan
Wahyu
Wironoto Utomo
Diana
Mohammad Akuba
Elismiyanti
Pakaya
Pathiah
Kasili
Julaiha
Abdjul
Sri
Milanda Badu
Dosen
Pengampuh
INTAN
NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T
PRODI
S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN
ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2015
Geologi Pulau Sulawesi
Sulawesi
terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia
serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan
kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan,
batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman,
tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).
Berdasarkan
keadaan peta di atas Pulau Sulawesi dibagi 4 bagian yaitu :
1. Mandala
barat (West & North Sulawesi
Volcano- Plutonic Arc)
Bagian
ini sebagai jalur magmatic, dan hampir seluruh bagian ini dipenuhi batuan
vulkanik dan plutonik yang berumur pada masa konozoikum (Cenozoic Volcanics and
Plutonic Rocks) yang ditunjukan dengan warna merah kecoklatan, selain itu
terdapat batuan sedimen berumur kwater tedapat dibibir barat pulau Sulawesi
yang ditunjukan dengan warna putih kekuningan, kemudian terdapat batuan sedimen
berumur tertier yang ditunjukan dengan warna kuning, dan terdapat batuan
metamorf berumur mesozoikum yang di tunjukan dengan warna coklat.
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa
mandala barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian
utara dan barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar Bagian barat
dari Manado Buol sampai sekitar Makassar.
1. Batuan bagian utara
bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen- Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen.
2. Busur magmatik bagian barat
mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan
gunung api - sedimen berumur Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan
berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama
granodioritik sampa granitik yang berupa batolit, stok, dan retas
a. Mandala Barat Bagian Utara ; Sulut
1) Geologi
daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk
cekungan sedimen Ratatotok.
2) Satuan
batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari
breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batulanau
dan batu lempung yang didapatkan di daerah Ratatotok – Basaan, serta
breksi andesit piroksen.
3) Kelompok
Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
4) Batuan
Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava
andesit-basal, bom, lapili dan abu
5) Kelompok
batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai
serta endapan alluvium aluvium.
b. Mandala Barat Bagian Utara ; Gorontalo
1) Daerah
Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang
dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan.
2) Pembentukan
batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus
sejak Eosen – Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai
darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.
3) Pada
batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada
satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua
batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
4) Fasies
gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan
gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.
Geologi umum daerah
Kabupaten Boalemo dan Gorontalo disusun oleh batuan dengan urutan stratigrafi
sebagai berikut :
1. Batuan beku berupa : Gabro, Diorit, granodiorit, granit, dasit dan munzonit
kwarsa.
2. Batuan piroklastik berupa : lava basalt, lava andesit, tuf, tuf lapili dan breksi
gunungapi.
3. Batuan sedimen berupa : batupasir wake, batulanau, batupasir hijau dengan sisipan
batugamping merah, batugamping klastik dan batugamping terumbu. Endapan
Danau,Sungai Tua dan endapan alluvial.
c. Mandala Barat Bagian Barat ; Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan pengamatan
geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di daerah
Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:
1) Satuan batupasir malih (Kapur Akhir)
2) Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
3) Satuan batugamping (Eosen)
4) Satuan batupasir gampingan (Oligosen- Miosen Tengah)
5) Satuan batugamping berlapis (Oligosen- Miosen Tengah)
6) Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir)
7) Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal)
8) Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang
berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar normal
dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi
dan sekitarnya
2. Mandala
tengah (Central Sulawesi Metamorphic
Belt)
Dibagian
tengah pulau sulawesi dipenuhi dengan jenis batuan metamorf berupa batuan
malihan yang ditumpangi batuan bancuh. Dibagian ini terdapat batuan ofiolit
mélange yang ditunjukan dengan warna ungu dan terdapat batuan metamorf tekanan
tinggi yang ditunjukan dengan warna orange.
Mandala
tengah kabupaten donggala dan tolitoli, provinsi sulawesi tengah. Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
1) Endapan alluvium,
2) Endapan teras (Kuarter),
3) Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
4) Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang
keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen Bawah),
5) Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari
dengan Formasi Tinombo,
6) Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan
menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
3. Mandala
timur (East Sulawesi Ophiolite Belt)
Bagian
ini berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan
batuan sedimen berumur pada zaman neogen dan kwarter yan ditunjukan dengan
abu-abu mudah. Sedangkan batuan ofiolit ditunjukan dengan warna hijau
Mandala Timur bagian Kendari Sultra
Sesar Lasolo yg merupakan
sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu: Lajur
Tinondo, yang menempati bagian barat daya Lajur Hialu yang menempati
bagian timur laut daerah ini. Lajur Tinondo merupakan himpunan batuan yang
bercirikan asal paparan benua, sedangkan Lajur Hialu merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana dan Sukarna, 1985). Batuan yang
terdapat di Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur
Karbon.
Hasil pengukuran gaya berat
di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya ditutupi
oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah ini
mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan
ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui. Struktur lipatan hasil
analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya geologi
yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
1) Panas bumi berada di
sekitar daerah Tinobu,Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo
2) Cebakan hidrokarbon di
sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah Kepulauan
Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata Singgere
pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain
sebagainya.
4. Bagian
Banggai–Sula and Tukang Besi
Continental fragments
Bagian kepulauan paling timur Banggai-Sula
dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat
karena strike-slip faults dari New Guinea. Batuan metamorf
distribusikan secara luas dibagian timur Sulawesi tangah, lengan tenggara
Sulawesi dan pulau kabaena. Dibagian ini terdapat batuan metamorf diatas
permukaan (continental basement and cover) yang ditunjukan dengan warna biru
tua, dan batuan metamorf dibawah permukaan laut (continental below sea level)
yang ditunjukan dengan warna biru muda.
a. Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan
batuan, yang dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
1) Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan
kuarsit. berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.
2) Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit.
Bentang alam satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi
bergelombang dengan permukaan relatif halus membulat
3) Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan
tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura
Tengah,
4) Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir
pasiran (relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan
fosil yang dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas
dan hampir terdapat di seluruh P. Banggai
5) Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Kerakal (gravel)
yang keras
6) Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL):
Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran
tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor
hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
7) Aluvium : Satuan
batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan
kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya
terdapat di pantai Lambako–Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan
Paisu Moute.
b. Pulau Buton
1) Pulau Buton (berdasarkan eksplorasi Bitumen padat) dikenal
sejak dulu sebagai penghasil aspal alam. Yang terdapat di daerah Lawele,
Kabungka, Rongi dan Ereke.
2) Endapan aspal di P. Buton terdapat di dalam Formasi Tondo dan
Formasi Sampolakosa. Sumber dari aspal yang terdapat di dalam kedua formasi
tersebut diduga berasal dari Formasi Winto (Trias) dan dianggap sebagai formasi
pembawa bitumen padat.
Referensi
Sompotan, Armstrong,
F. (2012). Formasi Geologi Sulawesi. Institut Teknologi Bandung : Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar